Soekarno di berhetikan menjadi presiden tak lama setelah ia menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 yang bernama
Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
[1] Supersemar menjadi dasar
Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.
[1]
Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno
diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa
MPRS pada tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat
Presiden Republik Indonesia.
Masa kecil dan remaja Soekarno
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke
Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke
Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.
Kemudian pada
Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke
Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di
Hoogere Burger School (HBS).
[4] Pada tahun
1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur.
[4] Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama
H.O.S. Tjokroaminoto.
[4] Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.
[4] Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin
Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti
Alimin,
Musso,
Dharsono,
Haji Agus Salim, dan
Abdul Muis.
[4] Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda
Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari
Budi Utomo.
[4] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi
Jong Java (Pemuda Jawa) pada
1918.
[4] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.
[8]
Karya Soekarno di bidang Arsitektur
- Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
- Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid jami' di tengah kota.
Soekarno dan masa pergerakan nasional
Pada tahun
1926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari
Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.
[4] Organisasi ini menjadi cikal bakal
Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun
1927.
[9] Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember
1929 dan dipenjara di
Penjara Banceuy, pada tahun
1930 dipindahkan ke
Sukamiskin dan memunculkan pledoinya yang fenomenal
Indonesia Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali pada tanggal
31 Desember 1931.
Pada bulan Juli
1932,
Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan
pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus
1933, dan diasingkan ke
Flores.
Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun
semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada
seorang Guru
Persatuan Islam bernama
Ahmad Hasan. Pada tahun
1938 hingga tahun
1942 Soekarno diasingkan ke
Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun
1942.
Masa Penjajahan Penjajahan
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang
sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama
untuk "
mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada
Gerakan 3A dengan tokohnya
Shimizu dan
Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno,
Mohammad Hatta
dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga
untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai
organisasi seperti
Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (
Putera),
BPUPKI dan
PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta,
Ki Hajar Dewantara,
K.H Mas Mansyur
dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya
tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan
gerakan bawah tanah seperti
Sutan Syahrir dan
Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan
teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita
bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta
mengandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan
Pancasila,
UUD 1945
dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah
proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke
Rengas dengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang
Hideki Tojo
mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes
Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar
Hirohito.
Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga
tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat
pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa
ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada
bulan Agustus 1945, ia diundang oleh
Marsekal Terauchi,
pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang
kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan
rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan
Jepang membuat Soekarno dituduh oleh
Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus
romusha.
Masa Perang Revolusi (pra kemerdekaan)
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI,Panitia
Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam
Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di
Dalat,
Vietnam, terjadilah
Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal
16 Agustus 1945; Soekarno dan
Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air
Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain
Soekarni,
Wikana,
Singgih serta
Chairul Saleh.
Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman
kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan
Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan
alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang
berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan
Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu
bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini
merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada
Nabi Muhammad SAW yakni
Al Qur-an.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh
PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden
dikukuhkan oleh
KNIP.Pada
tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa
pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat
Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata
lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir
Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara
de facto
setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden
Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat
provokasi yang dilancarkan pasukan
NICA (
Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral
A.W.S Mallaby. Karena banyak provokasi di
Jakarta
pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik
Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan
pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan
Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/
single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/
double executive.
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai
Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya
maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November
1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia
dianggap negara yang lebih demokratis. Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan,
kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam
menghadapi
Peristiwa Madiun 1948
serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi
negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua
Sjafruddin Prawiranegara,
tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri
tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang
sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa
Indonesia-Belanda.
Masa Kemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah
Belanda
menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta
diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik
Indonesia diserahkan kepada Mr
Assaat,
yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari
seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka
pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat
sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir.
Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden
konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan
setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat
dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni
perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet
seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem
multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak
jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh
militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti
peristiwa
17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa
Asia-
Afrika,
masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil
inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang
menghasilkan
Dasa Sila.
Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik
akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap
masih mementingkan
imperialisme dan
kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam
pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden
Josip Broz Tito (
Yugoslavia),
Gamal Abdel Nasser (
Mesir),
Mohammad Ali Jinnah (
Pakistan),
U Nu, (
Birma) dan
Jawaharlal Nehru (
India) ia mengadakan
Konferensi Asia Afrika yang membuahkan
Gerakan Non Blok.
Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami
konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam
pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa.
Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang
tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Kejatuhan
Situasi
politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam
jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan
Gerakan 30 September atau G30S pada
1965.
[17][9] Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.
[9]
Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI
(Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan
menyampaikan
Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.
[17] Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan
Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
[5][17] Sikap Soekarno yang menolak membuabarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
[9][5]. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah
Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.
[17] Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh
Soeharto yang telah diangkat menjadi
Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966
tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang
memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk
setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV
MPRS.
[17] Pidato tersebut berjudul "
Nawaksara" dan dibacakan pada
22 Juni 1966.
[5] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.
Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada
10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada
16 Februari tahun yang sama.
[17] Hingga akhirnya pada
20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di
Istana Merdeka.
[18] Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto
de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan
Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat
Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan
pemilihan umum berikutnya.
|
Makam Bung Karno di Blitar |
Masa Sakit hingga meninggal
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan
Agustus 1965.
[18] Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan
ginjal dan pernah menjalani perawatan di
Wina,
Austria tahun
1961 dan
1964.
[18]
Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina
menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional.
[18] Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu,
21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat)
Gatot Subroto,
Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.
[18][4] Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh
Ratna Sari Dewi.
[18] Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter
Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.
[18]
Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani
oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal
Dr. (TNI AD)
Rubiono Kertopati.
[18]
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
[18]
- Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
- Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
- Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di
Istana Batu Tulis,
Bogor, namun pemerintahan Presiden
Soeharto memilih Kota
Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.
[18] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun
1970.
Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.
[18] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.
[18] Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Koleksi dan Peninggalan Soekarno
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada
6 Juni 2001, maka Kantor
Filateli Jakarta menerbitkan
perangko "100 Tahun Bung Karno".
[8] Perangko yang diterbitkan merupakan empat buah perangko berlatarbelakang bendera
Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.
[8]
Perangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret
Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan
gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun
1920an
terpampang di atasnya. Sementara itu, perangko yang ketiga memiliki
nominal Rp. 900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi
kemerdekaan RI. Perangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika
menjadi Presiden dan bernominal Rp. 1000. Keempat perangko tersebut
dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum
Peruri.
[8]
Selain perangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima
macam kemasan perangko, album koleksi perangko, empat jenis kartu pos,
dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.
[8] Perangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah
Kuba pada tanggal
19 Juni 2008. Perangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba
Fidel Castro.
[19] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan
Presiden Indonesia, Soekarno, ke
Kuba.
Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun
1958. Bangunan tersebut, yaitu
Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan
Asian Games IV tahun
1962 di
Jakarta. Pada masa
Orde Baru, komplek olahraga ini diubah namanya menjadi
Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden
Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu
Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.
[20]
Setelah kematiannya, beberapa
yayasan
dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan
Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah
organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun
universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh
Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Soekarno dan
Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999
Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan
Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno,
Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
[21]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun non-seni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
[22] Yayasan tersebut didirikan pada tanggal
1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu
Guntur Soekarnoputra,
Megawati Soekarnoputri,
Rachmawati Soekarnoputri,
Sukmawati Soekarnoputri,
Guruh Soekarnoputra,
Taufan Soekarnoputra,
Bayu Soekarnoputra dan
Kartika Sari Dewi Soekarno.
[22] Pada tahun
2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena
Pekan Raya Jakarta.
[8]
Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia
Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta
foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.
Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cinderamata Soekarno dijual di stan tersebut.
Diantaranya adalah kaus, jam
emas, koin emas,
CD berisi pidato Soekarno serta kartu pos Soekarno.
Seseorang yang bernama
Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.
[8] Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari
Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.
[8] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di
Cileungsi,
Bogor.
[8] Benda-benda tersebut antara lain adalah sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM
London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat
logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.
[8] Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di
Bank Swiss dan Bank Netherland.
[8] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut
Penghargaan yang diperoleh Soekarno
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar
Doktor Honoris Causa dari 26
universitas di dalam dan luar negeri.
[24] Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain adalah
Universitas Gajah Mada,
Universitas Indonesia,
Institut Teknologi Bandung,
Universitas Padjadjaran,
Universitas Hasanuddin dan
Institut Agama Islam Negeri Jakarta.
[24] Sementara itu,
Columbia University (
Amerika Serikat),
Berlin University (
Jerman),
Lomonosov University (
Rusia) dan
Al-Azhar University (
Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
[24]
Pada bulan
April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden
Afrika Selatan Thabo Mbeki.
[8] Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu
The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk
medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.
[8]
Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah
mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh
negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan
dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari
apartheid.
[8] Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di
Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.
(sumber:
wikipedia)
Pidato Lengkap Lahirnya Pancasila
Paduka tuan Ketua yang mulia!
Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat
kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula
pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang
mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mullia? Paduka tuan
Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk
mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya
kemukakan didalam pidato saya ini.
Ma’af, beribu ma’af! Banyak
anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal hal
yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua jang mulia, yaitu
bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, jang diminta
oleh Paduka tuan ketua jang mulia ialah, dalam bahasa Belanda:
“Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdeka. Philosofische
grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran jang sedalam-dalamnya,
jiwa, hasrat jang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung
Indonesia Merdeka jang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saja
kemukakan, Paduka tuan Ketua jang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah
saja membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah
jang saja artikan dengan perkataan “merdeka”. Merdeka buat saja ialah:
“political indepence, politieke onafhankelijkheid. Apakah jang dinamakan
politieke onafhankelijkheid?
Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saja berkata: Tatkala
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saja, didalam hati saja
banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota jang - saja katakan didalam
bahasa asing, ma’afkan perkataan ini - “zwaarwichtig” akan perkara jang
kecil-kecil. “Zwaarwichtig” sampai - kata orang Jawa - ”njelimet”. Djikalau
sudah membicarakan hal jang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka
berani menyatakan kemerdekaan. Tuan-tuan jang terhormat! Lihatlah
didalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu. Banyak
sekali negara-negara jang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan
negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya
negara-negara jang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka,
Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris
merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi
bandingkanlah isinya!
Alangkah berbedanya isi itu! Djikalau kita berkata: Sebelum
Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai,itu selesai, itu
selesai, sampai njelimet!, maka saja bertanya kepada tuan-tuan sekalian
kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum
Badui, jang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu.
Bacalah
buku Armstrong jang menceriterakan tentang Ibn Saud! Disitu ternyata,
bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat
Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum
bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh
orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia merdeka! Lihatlah pula - djikalau tuan-tuan kehendaki contoh jang lebih hebat -
Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat
soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah
rakyat Musyik jang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis;
bahkan dari buku-buku jang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller,
tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin
mendirikan negara Soviet itu.Dan kita sekarang disini mau mendirikan
negara Indonesia merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita
kemukakan! Maaf, P.T. Zimukyokutyoo! Berdirilah saja punya bulu, kalau
saja membaca tuan punya surat, jang minta kepada kita supaya
dirancangkan sampai njelimet hal ini dan itu dahulu semuanya!
Kalau
benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet,
maka saja tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan
mesngalami Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami
Indonesia merdeka, - sampai dilobang kubur!
(Tepuk tangan riuh).
Saudara-saudara!
Apakah jang dinamakan merdeka? Di dalam tahun ‘33 saja telah menulis
satu risalah, Risalah jang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka”. Maka di
dalam risalah tahun ‘33 itu, telah saja katakan, bahwa kemerdekaan,
politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak
bukan, ialah satu jembatan emas. Saja katakan di dalam kitab itu,
bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya
masyarakat. Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, - in
one night only! -, kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud
mendirikan Saudi Arabia merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad
dengan 6 orang! Sesudah “jembatan” itu diletakkan oleh Ibn saud,
maka di seberang jembatan, artinya kemudian dari pa-da itu, Ibn Saud
barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia. Orang tidak dapat membaca
diwajibkan belajar membaca, orang jang tadinya bergelandangan sebagai
nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn Saud jangan
bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade dirubah oleh
Ibn Saud menjadi kaum tani, - semuanya diseberang jembatan.
Adakah
Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet-Rusia Merdeka, telah mempunyai
Djnepprpros-toff, dam jang maha besar di sungai Dnepr? Apa ia telah
mempunyai radio-station, jang menyundul keangkasa? Apa ia telah
mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia?
Apakah
tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet Rusia merdeka
telah dapat mem-baca dan menulis? Tidak, tuan-tuan jang terhormat! Di
seberang jembatan emas jang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru
mengadakan radio- station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan
Creche, baru mengadakan Djnepprostoff! Maka oleh karena itu saja minta
kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati,
janganlah mengingat bahwa ini danitu lebih dulu harus selesai dengan
njelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah
berlainannnya tuan-tuan punya semangat, - djikalau tuan-tuan demikian
-, dengan semangat pemuda-pemuda kita jang 2 milyun banyaknya. Dua
milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saja, 2 milyun pemuda ini
semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!
(Tepuk tangan riuh).
Saudara-saudara,
kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, jang mengetahui sejarah, menjadi
zwaarwichtig, menjadi gentar, pada hal semboyan Indonesia merdeka bukan
sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh ta-hun jang lalu, kita telah
menyiarkan semboyan Indonesia merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan
nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan
3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang, sekarang!
(Tepuk tangan riuh).
Dan
sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia merdeka, -
kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar hati! Saudara-saudara, saja
peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political independence,
politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah
satu jembatan! Jangan gentar! Djikalau umpamanya kita pada saat sekarang
ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan
mudah Gunseikan diganti dengan orang jang bernama Tjondro Asmoro, atau
Soomubutyoo diganti dengan orang jang bernama Abdul Halim. Djikalau
umpamanya Butyoo Butyoo diganti dengan orang-o-rang Indonesia, pada
sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political
independence, politieke onafhankelijkheid, - in one night, di dalam satu
malam!
Saudara-saudara, pemuda-pemuda jang 2 milyun, semuanya
bersemboyan: Indonesia merdeka, se-karang! Djikalau umpamanya
Balatentera Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada
saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata:
mangke-rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita
berani menerima urusan negara Indonesia merdeka?
(Seruan: Tidak! Tidak).
Saudara-saudara,
kalau umpamanya pada saat sekarang ini balatentara Dai Nippon
menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menitpun kita tidak
akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita
mulai dengan negara Indonesia jang Merdeka! (Tepuk tangan menggemparkan).
Saudara-saudara,
tadi saja berkata, ada perbedaan antara Soviet-Rusia, Saudi Arabia,
Inggris, Amerika dll. tentang isinya: tetapi ada satu jang sama, yaitu,
rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan ne-garanya. Musyik-musyik di
Rusia sanggup mem-pertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup
mempertahankan negaranya. Inilah jang menjadi minimum-eis. Artinya,
kalau ada kecakapan jang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu
bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri,
dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk
kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu
runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah
air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia,
masak untuk merdeka.
(Tepuk tangan riuh).
Cobalah pikirkan hal
ini dengan memperban-dingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian,
saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saja bandingkan dengan
perkawinan. Ada jang berani kawin, lekas berani kawin, ada jang takut
kawin. Ada jang berkata: Ah saja belum berani kawin, tunggu dulu gajih F
500. Kalau saja sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani,
sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur jang
mentul-mentul, sudah mempunyai sendok-garpu perak satu kaset, su-dah
mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah
saja berani kawin. Ada orang lain jang berkata: saja sudah berani kawin
kalau saja sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu “meja-makan”,
lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur. Ada orang jang lebih
berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah
mempunyai gubug saja dengan tikar, dengan satu periuk: dia kawin.
Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu
meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat-tidur: kawin.
Sang Ndoro
jang mempunyai rumah gedung, elektrische kookplaat, tempat tidur, uang
bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana jang lebih gelukkig, belum
tentu mana jang lebih bahagia, sang Ndoro dengan tempat tidurnya jang
mentul-mentul, atau Sarinem dan Samiun jang hanya mempunyai satu tikar
dan satu periuk, saudara-saudara! (Tepuk tangan, dan tertawa)
Saudara-saudara,
soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak? Inilah,
saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua jang mulia, ukuran saja
jang terlebih dulu saja kemukakan sebelum saja bicarakan hal-hal jang
mengenai dasarnya satu negara jang merdeka. Saja mendengar uraian P.T.
Soetardjo beberapa hari jang lalu, tatkala menjawab apakah jang
dinamakan merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam
hatinya telah merdeka, itulah kemerdekaan. Saudara-saudara,
jika tiap-tiap orang Indonesia jang 70 milyun ini lebih dulu harus
merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political
independence, saja ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat
Indonesia merdeka!
(Tepuk tangan riuh).
Di dalam Indonesia
merdeka itulah kita me-merdekakan rakyat kita!! Di dalam Indonesia
Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi
Arabia Merdeka, Ibn Saud me-merdekakan rakyat Arabia satu
persatu. Di dalam Soviet-Rusia Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa
Soviet-Rusia satu persatu.
Saudara-saudara! Sebagai juga salah
seorang pembicara berkata: kita bangsa Indonesia tidak sehat badan,
banyak penyakit malaria, banyak dysenterie, banyak penyakit hongerudeem,
banyak ini banyak itu. “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian
merdeka”. Saja berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20
tahun lagi kita belum merdeka. Di da-lam Indonesia Merdeka itulah kita
menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi
kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk meng-hilangkan penyakit
malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka
kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia
Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baik-nya. Inilah maksud saja
dengan perkataan “jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas,
inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka jang
gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.
Tuan-tuan sekalian! Kita
sekarang menghadapi satu saat jang maha penting. Tidakkah kita
mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara,
bahwa sebenarnya international recht, hukum internasional,
menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui
satu negara jang merdeka, tidak diadakan syarat jang neko-neko, jang
menjelimet, tidak!. Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah jang
teguh! Ini sudah cukup untuk international recht. Cukup,
saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya,
kemudian diakui oleh salah satu negara jang lain, jang merdeka, inilah
jang sudah bernama: merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak,
tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat
bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai
syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan
ada pemerintahnya, - su-dahlah ia merdeka. Janganlah kita gentar,
zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal jang
bukan-bukan! Sekali lagi saja bertanya: Mau merdeka apa tidak? Mau
merdeka atau tidak? (Jawab hadiirin: Mau!)
Saudara-saudara! Sesudah
saja bicarakan tentang hal “merdeka”, maka sekarang saja bicarakan
tentang hal dasar. Paduka tuan Ketua jang mulia! Saja mengerti apakah
jang paduka tuan Ketua kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar ,
minta philosophische grondslag, atau, djikalau kita boleh memakai
perkataan jang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua jang mulia meminta suatu
“Weltanschauung”, diatas mana kita men-dirikan negara Indonesia itu.
Kita
melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri jang merdeka, dan
banyak di antara negeri-negeri jang merdeka itu berdiri di atas suatu
“Weltanschauung”. Hitler mendirikan Jermania di atas
“national-sozialistische Weltanschauung”, - filsafat nasional-sosialisme
telah menjadi dasar negara Jer-mania jang didirikan oleh Adolf Hitler
itu. Lenin mendirikan negara Soviet diatas satu “Weltanschauung”, yaitu
Marxistische, Historisch-materialistische Weltan-schaung. Nippon
mendirikan negara negara dai Nippon di atas satu “Weltanschauung”, yaitu
jang dinamakan “Tennoo Koodoo Seishin”. Di atas “Tennoo Koodoo Seishin”
inilah negara dai Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan
negara Arabia di atas satu “Weltanschauung”, bahkan diatas satu dasar
agama, yaitu Islam. Demikian itulah jang diminta oleh paduka tuan Ketua
jang mulia: Apakah “Weltanschauung” kita, djikalau kita hendak
mendirikan Indonesia jang merdeka?
Tuan-tuan sekalian,
“Weltanschauung” ini sudah la-ma harus kita bulatkan di dalam hati kita
dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang.
Idealis-idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian untuk mengadakan
bermacam-macam “Weltanschauung”, bekerja mati-matian untuk
me”realiteitkan” “Weltanschauung” mereka itu. Maka oleh karena itu,
sebenarnya tidak benar perkataan anggota jang terhormat Abikusno, bila
beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara merdeka didirikan
dengan isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab misalnya,
walaupun menurut perkataan John Reed: “Soviet-Rusia didirikan didalam 10
hari oleh Lenin c.s.”, - John Reed, di dalam kitabnya “Ten days that
shook the world”, “sepuluh hari jang meng-goncangkan dunia” -, walaupun
Lenin mendirikan So-viet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi
“Weltanschauung”nya, dan di dalam 10 hari itu hanya sekedar direbut
ke-kuasaan, dan ditempatkan negara baru itu diatas “Weltanschauung” jang
sudah ada. Dari 1895 “Weltanschauung” itu telah disusun. Bahkan dalam
re-volutie 1905, Weltanschauung itu “dicobakan”, di
“ge-nerale-repetitie-kan”.
Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah
mengerjakan apa jang dikatakan oleh beliau sendiri “generale-repetitie”
dari pada revolusi tahun 1917. Sudah lama sebelum 1917, “Weltanschaung”
itu disedia-sediakan, bahkan diikhtiar-ikhtiarkan. Kemudian, hanya dalam
10 hari, sebagai dikatakan oleh John Reed, hanya dalam 10 hari itulah
didirikan negara baru, direbut kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di
atas “Weltanschauung” jang telah berpuluh-puluh tahun umurnya itu.
Tidakkah pula Hitler demikian?
Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki
singgasana kekuasaan, mendirikan negara Jermania di atas
National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah Hitler mulai
menyediakan dia punya “Weltanschauung” itu? Bukan di dalam tahun 1933,
tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah bekerja, kemudian
mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini, “Weltanschauung” ini,
dapat menjelma dengan dia punya “Munschener Putsch”, tetapi gagal. Di
dalam 1933 barulah datang saatnya jang beliau dapat merebut kekuasaan,
dan negara diletakkan oleh beliau diatas dasar “Weltanschauung” jang
telah dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu. Maka demikian pula,
jika kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka, Paduka tuan ketua,
timbullah pertanyaan: Apakah “Weltanschauung” kita, untuk mendirikan
negara Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme? Apakah
historisch-materialisme? Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan
doktor Sun Yat Sen?
Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan
negara Tiongkok merdeka, tetapi “Weltanschauung”nya telah dalam tahun
1885, kalau saja tidak salah, dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku
“The three people’s principles” San Min Chu I, - Mintsu, Minchuan, Min
Sheng, nasionalisme, demokrasi, sosialisme,- telah digambarkan oleh
doktor Sun Yat Sen Weltanschauung itu, tetapi baru dalam tahun 1912
beliau mendirikan negara baru diatas “Weltanschauung” San Min Chu I itu,
jang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun.
Kita hendak
mendirikan negara Indonesia merdeka di atas “Weltanschauung” apa?
Nasional-sosialisme-kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau
“Weltanschauung” apakah?
Saudara-saudara sekalian, kita telah
bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan, -
macam-macam - , tetapi alangkah benarnya perkataan dr Soekiman,
perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan,
mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan
philosophische grondslag, mencari satu “Weltanschauung” jang
kita semua setuju. Saja ka-takan lagi setuju! Jang saudara Yamin
setujui, jang Ki Bagoes setujui, jang Ki Hajar setujui, jang sdr.
Sanoesi setujui, jang sdr. Abikoesno setujui, jang sdr. Lim Koen Hian
setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan
compromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal jang kita bersama-
sama setujui. Apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saja bertanya:
Apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang,
untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia merdeka jang namanya
saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu
orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan jang kaya, untuk
memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?
Apakah maksud kita
begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara jang bernama kaum
kebangsaan jang disini, maupun saudara-saudara jang dinamakan kaum
Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan jang demikian itulah kita
punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”.
Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan
bangsawan, maupun golongan jang kaya, -tetapi “semua buat semua”. Inilah
salah satu dasar pikiran jang nanti akan saja kupas lagi. Maka, jang
selalu mendengung di dalam saja punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa
hari di dalam sidang Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak
tahun 1918, 25 tahun jang lebih, ialah: Dasar pertama, jang baik
dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan
Kita
mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia. Saja minta saudara Ki
Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain: maafkanlah saja
memakai perkataan “kebangsaan” ini! Sajapun orang Islam. Tetapi saja
minta kepada saudara- saudara, janganlah saudara-saudara salah faham
djikalau saja katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar
kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti jang sempit,
tetapi saja menghendaki satu nasion ………., seperti jang saja katakan
dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa `pa` jang lalu. Satu Nationale
Staat Indonesia bukan berarti staat jang sempit. Sebagai saudara Ki
Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa
Indonesia, bapak tuanpun adalah orang Indonesia, nenek tuanpun bangsa
Indonesia, datuk-datuk tuan, nenek-mojang tuanpun bangsa Indonesia.
Diatas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti jang dimaksudkan oleh
saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan negara Indonesia.
Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski
saja di dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah
menerangkannya. Marilah saja uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh
sedikit: Apakah jang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?
Menurut
Renan syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”. Perlu orang-orangnya
merasa diri bersatu dan mau bersatu. Ernest Renan menyebut syarat
bangsa: “le desir d’etre ensemble”, yaitu kehendak akan bersatu. Menurut
definisi Ernest Renan, maka jang menjadi bangsa, yaitu satu gerombolan
manusia jang mau bersatu, jang merasa dirinya bersatu. Kalau kita lihat
definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam bukunya “Die
Nationalitatenfrage”, disitu ditanyakan: “Was ist eine Nation?” dan
jawabnya ialah: “Eine Nation ist eine aus chiksals gemeinschaft
erwachsene Charaktergemeinschaft”. Inilah menurut Otto Bauer satu natie.
(Bangsa adalah satu persatuan perangai jang timbul karena persatuan
nasib). Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Soepomo
mensitir Ernest Renan, maka anggota jang terhormat Mr. Yamin berkata:
“verouderd”, “sudah tua”. Memang tuan-tuan sekalian, definisi Ernest
Renan sudah “verouderd”, sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua.
Sebab tatkala Otto Bauer mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum
timbul satu wetenschap baru, satu ilmu baru, jang dinamakan Geopolitik.
Kemarin,
kalau tidak salah, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Moenandar,
mengatakan tentang “Persatuan antara orang dan tempat”. Persatuan antara
orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan
tempatnya!
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat
dipisahkan rakyat dari bumi jang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan
Otto Bauer hanya sekedar melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan
“Gemeinschaft”nya dan perasaan orangnya, “l’ame et desir”. Mereka hanya
mengingat karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi
jang didiami manusia itu, Apakah tempat itu? Tempat itu yaitu tanah
air . Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia,
menyusun peta du-nia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat
menunjukkan dimana “kesatuan-kesatuan” disitu. Seorang anak kecilpun,
djikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu
kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan jang besar, lautan
Pacific dan lautan Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan
benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau
Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil,
Maluku, dan lain-lain pulau kecil diantaranya, adalah satu kesatuan.
Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi, bahwa
pulau-pulau Nippon jang mem-bentang pada pinggir Timur benua Asia
sebagai “golf-breker” atau pengadang gelombang lautan Pacific, ada-lah
satu kesatuan.
Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah
satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia jang luas dan
gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa
kepulauan Inggris adalah satu kesatuan. Griekenland atau Yunani dapat
ditunjukkan sebagai kesatuan pula, Itu di-taruhkan oleh Allah SWT
demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athene saja, bukan Macedonia
saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia plus daerah Yunani jang
lain-lain, segenap kepulauan Yunani, a-dalah satu kesatuan.
Maka
manakah jang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita? Menurut
geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia jang bulat,
bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes
saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang
ditunjuk oleh Allah SWT menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua
samudera, itulah tanah air kita!
Maka djikalau saja ingat
perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat dan buminya, maka
tidak cukuplah definisi jang dikatakan oeh Ernest Renan dan Otto Bauer
itu. Tidak cukup “le desir d’etre ensembles”, tidak cukup definisi Otto
Bauer “aus schiksals gemeinschaft erwachsene Charakter gemeinschaft”
itu. Maaf saudara-saudara, saja mengambil contoh Minangka-bau, diantara
bangsa di Indonesia, jang paling ada “desir d’entre ensemble”, adalah
rakyat Minangkabau, jang banyaknya kira-kira 2,5 milyun. Rakyat ini
merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuaan,
melainkan hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan! Penduduk
Yogyapun adalah merasa “le desir d”etre ensemble”, tetapi Yogyapun hanya
satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat
Pasundan sangat merasakan “le desir d’etre ensemble”, tetapi Sundapun
hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Pendek kata,
bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang
jang hidup dengan “le desir d’etre ensemble” diatas daerah kecil
se-perti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis,
tetapi bangsa Indonesia ialah se-luruh manusia-manusia jang, menurut
geopolitik jang telah ditentukan oleh SWT, tinggal dikesatuannya semua
pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Su-matra sampai ke Irian!
Seluruhnya!, karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada “le desir
d’etre enemble”, sudah terjadi “Charaktergemeinschaft”! Natie Indonesia,
bangsa Indonesia, ummat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000,
tetapi 70.000.000 jang te-lah menjadi satu, satu, sekali lagi satu! (Tepuk tangan hebat).
Kesinilah
kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, diatas
kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saja yakin
tidak ada satu golongan diatara tuan-tuan jang tidak mu-fakat, baik
Islam maupun golongan jang dinamakan “golongan kebangsaan”. Kesinilah
kita harus menuju semuanya.
Saudara-saudara, jangan orang mengira
bahwa tiap-tiap negara merdeka adalah satu nationale staat! Bukan
Pruisen, bukan Beieren, bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi
seluruh Jermanialah satu nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil,
bukan Venetia, bukan Lombardia, tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh
semenanjung di Laut Tengah, jang diutara dibatasi pegunungan Alpen,
adalah nationale staat. Bukan Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan
Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah nanti harus menjadi nationale
staat. Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita
jang merdeka di jaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali
mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman
Majapahit. Di luar dari itu kita tidak mengalami nationale staat. Saja
berkata dengan penuh hormat kepada kita punya raja-raja dahulu, saja
berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokoesoemo,
bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan
hormat kepada Prabu Siliwangi di Pajajaran, saja berkata, bahwa
kerajaannya bukan nationale staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu
Sultan Agung Tirtayasa, berkata, bahwa kerajaannya di Banten, meskipun
merdeka, bukan satu nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada
Sultan Hasanoedin di Sulawesi jang telah membentuk kerajaan Bugis, saja
berkata, bahwa tanah Bugis jang merdeka itu bukan
nationale staat